Skip to main content

Menangislah Bila Harus

Di suatu pagi menjelang siang, saya membuka tv. Wow... di mana-mana ada breaking news: "Ada bom meledak!!!" Ah, saya pikir biasa-biasa saja. Memangnya di Indonesia ini tidak pernah apa ada bom. Tapi saya penasaran juga, saya teruskan menonton untuk mengkaji lebih dalam. Begitu disebutkan bahwa te-ka-pe nya ada di Hotel Ritz-Carlton, saya langsung kaget. Waduh, rasanya nanti tim M.U. yang mau tanding bareng tim Indonesia All-Star mau menginap di hotel itu. Saya teruskan menonton, dan akhirnya..... berita itu datang juga. M.U. membatalkan piknik-nya ke Indonesia.

Saya memang bukanlah fans dari M.U. karena saya adalah Milanisti Sejati. Tapi, kapan lagi ada tim besar yang mau menjajal kekuatan "the dream team" Indonesia? Sebuah tontonan "kelas dunia" yang akan disuguhkan kedua tim pada Senin malam, tapi dibatalkan hanya karena perbuatan konyol dua orang pelaku bom bunuh diri. Ironi hidup memang tidak bisa diramalkan...
Dan saat melihat konferensi pers dari pak SBY, saat itu lah saya takjub. Beliau bilang aksi bom ini sangat merugikan Indonesia, salah satunya adalah batalnya kunjungan MU. Sesaat setelah mengatakan hal itu, pak SBY terdiam, menatap ke atas, cukup lama tidak bersuara. Saya tahu, mungkin itu adalah cara yang dilakukan beliau untuk menahan haru. Berusaha menahan air mata yang sepertinya ingin sekali keluar.
Menangis. Orang mana yang tidak pernah menangis? Sejak lahir, waktu pertama kali menghirup udara luar yang kadang bersih kadang tidak ini, manusia menangis. Sering kali menangis merupakan pertanda kesedihan. Hampir semua orang bersedih akan menangis (ini memang bukan hasil survey, tapi semua orang sudah tahu lah). Memang ada juga orang yang terlalu gembira sampai harus menangis, bahkan sebagian orang ketika tertawa terbahak-bahak dengan luar biasa bisa juga menangis. Tapi, kembali ke cerita tentang kesedihan tadi, bagi sebagian orang menangis akan membuat dirinya terlihat lemah, jadi berusaha sekuat mungkin menahan tangisnya dengan berbagai alasan yang masuk akal maupun tidak. Pak SBY mungkin berusaha menahan tangisnya agar rakyatnya tidak ikut-ikutan terlalu larut dalam kesedihan, karena beliau adalah seorang pemimpin, tapi bagi sebagian orang yang lain, yang menahan tangisnya, ini adalah sesuatu yang tidak baik. Yang terjadi adalah emosi yang sangat kuat karena kesedihan tadi akhirnya terpenjara dan sudah pasti, emosi yang tidak dikeluarkan akan berdampak buruk bagi diri seseorang.
(Dan semua orang pasti jengkel dengan batalnya kunjungan M.U ke Indonesia. Tapi Anda harus ingat, jengkel yang terpendam juga bisa menyebabkan berbagai efek negatif. Kalau Anda sering nonton acara "Bengkel Hati", Anda pasti tahu betapa banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh sebuah emosi yang bernama jengkel. Jadi kalau Anda juga jengkel dengan batalnya M.U., sebaiknya Anda jangan diam saja, lakukanlah sesuatu, katakan kejengkelan Anda pada orang lain...)
Saya memang bukan orang yang mengerti tentang psikologi, tapi saya cuma mencoba menerka apa yang sebenarnya terjadi (memangnya apa yang terjadi?). Dengan tangisan, barbel-barbel kesedihan yang membuat kita menangis akan berkurang beratnya. Dan tentu saja, kita menjadi lebih baik dalam menghadapi hal-hal yang menghasilkan barbel-barbel kesedihan tadi. Jadi, kalau anda ingin menangis, menangis saja lah, tapi jangan sekarang, karena mungkin anda membaca tulisan ini di warnet, nanti malah disangka orang gila.... :)

Popular posts from this blog

Baca Komik Kindaichi

Tutorial Mystery Case Files - Return to Ravenhearst FINAL

Cara Melihat Hilal