Siapa yang tak kenal dengan tokoh utama pembangunan Banjarbaru City...? Seorang arsitek bule yang lahir di Brukel, Netherland, 23 Januari 1901, Ir. Dick Andres Willem Van Der Pijl. Datang ke Banjarbaru tahun 50-an atas undangan gubernur Kalsel, Dr. Murdjani, untuk menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan karena masalah genangan air yang menghantui kota Banjarmasin. Van Der Pijl diperintahkan mencari dataran tinggi di Km 35, tepatnya gunung apam.
Daerah Banjarbaru yang sekarang, yang dulunya adalah perbukitan di pinggiran Kota Martapura the Diamond City yang dikenal dengan nama Gunung Apam, adalah daerah tempat peristirahatan buruh yang pulang nambang di Cempaka. Ketika sampai, langsung lah dibikin masterplan-nya.
Nama Banjarbaru didapat ketika sedang kebingungan (tuh kan... orang jenius mah kalo bingung, ada aja ). Bingung untuk mencari nama daerah yang baru. Kan ada duo Banjar, Banjarmasin dan Kabupaten Banjar, jadi kita bikin aja Banjar yang baru, yang akhirnya menjadi Bandjar Baroe. Awalnya ditulis terpisah, tapi mungkin karena adanya EYD (bukan: ejaan yang di-alay-kan), akhirnya menjadi Banjarbaru.
Keberhasilan merancang Banjarbaru tidak lepas dari karakternya yang disiplin, dan tetap low profaiele (bang madit mode: on). Meski menjabat sebagai wakil Dinas PU Kalimantan yang dapat mobil dinas, tetap aja kemana-mana pake sepeda onthel ala Oemar Bakri. Dan meskipun van der Pijl adalah bule asli, kalau bicara selalu memakai bahasa Indonesia. Saat pensiun, beliau masih sempat-sempatnya membangun sekolah kejuruan, SMK-YPK Banjarbaru, hingga rela merogoh dana pensiun untuk membangun sekolah tersebut.
Hasil kerjanya...? Tiga kawasan: Banjarbaru I, Banjarbaru II, Banjarbaru III, berhasil di bikin. Banjarbaru IV belum sempat lahir karena buru-buru dipindahtugaskan untuk membangun Palangkaraya, makanya Banjarbaru dan Palangkaraya rada-rada mirip. Nah, berikut pembagiannya:
Banjarbaru I: Areal balaikota
Banjarbaru II: Kanan balaikota (arah ke RSUD Banjarbaru)
Banjarbaru III: Kiri balaikota (arah ke polresta banjarbaru)
Banjarbaru IV: Panglima Batur tembus ke Bandara
Ada beberapa proker dari van der Pijl yang belum rampung, termasuk daerah Banjarbaru IV dan dua pasar, satu di dekat bundaran simpang empat (pasar kering), satunya dekat jembatan loktabat (pasar basah).
Jalan Panglima Batur tembus ke bandara yang belum rampung rupanya merupakan antisipasi dari van der Pijl kalau-kalau macet di jalan A. Yani. Untunglah ada Jalan Trikora, hingga macetnya sekarang gak terlalu parah. Pasar yang akan dibuat pun difungsikan untuk mengontrol tatanan pasar. Pasar kering isinya produk instant dan sembako (sekarang malah jadi supermarket Hero, dan perbengkelan, serta pom bensin). Pasar basah nantinya akan menjual lauk pauk.
Akhirnya, sebelum program tersebut selesai, van der Pijl di transfer ke Palngkaraya hingga pensiun tahun 1961. Beliau wafat pada September 1974, dan dimakamkan di pemakaman umum dekat perusahaan CocaCola.
Daerah Banjarbaru yang sekarang, yang dulunya adalah perbukitan di pinggiran Kota Martapura the Diamond City yang dikenal dengan nama Gunung Apam, adalah daerah tempat peristirahatan buruh yang pulang nambang di Cempaka. Ketika sampai, langsung lah dibikin masterplan-nya.
Nama Banjarbaru didapat ketika sedang kebingungan (tuh kan... orang jenius mah kalo bingung, ada aja ). Bingung untuk mencari nama daerah yang baru. Kan ada duo Banjar, Banjarmasin dan Kabupaten Banjar, jadi kita bikin aja Banjar yang baru, yang akhirnya menjadi Bandjar Baroe. Awalnya ditulis terpisah, tapi mungkin karena adanya EYD (bukan: ejaan yang di-alay-kan), akhirnya menjadi Banjarbaru.
Postingan ini diketik ulang admin dari koran
Hargai pengorbanan tangan saya yang keriting, modem yang kepake, dan hal lain hal yang saya tidak tahu lagi..
Kalo mau copas, silahkan ja, cuman jangan lupa mencantumkan alamat postingan ini:
Keberhasilan merancang Banjarbaru tidak lepas dari karakternya yang disiplin, dan tetap low profaiele (bang madit mode: on). Meski menjabat sebagai wakil Dinas PU Kalimantan yang dapat mobil dinas, tetap aja kemana-mana pake sepeda onthel ala Oemar Bakri. Dan meskipun van der Pijl adalah bule asli, kalau bicara selalu memakai bahasa Indonesia. Saat pensiun, beliau masih sempat-sempatnya membangun sekolah kejuruan, SMK-YPK Banjarbaru, hingga rela merogoh dana pensiun untuk membangun sekolah tersebut.
Hasil kerjanya...? Tiga kawasan: Banjarbaru I, Banjarbaru II, Banjarbaru III, berhasil di bikin. Banjarbaru IV belum sempat lahir karena buru-buru dipindahtugaskan untuk membangun Palangkaraya, makanya Banjarbaru dan Palangkaraya rada-rada mirip. Nah, berikut pembagiannya:
Banjarbaru I: Areal balaikota
Banjarbaru II: Kanan balaikota (arah ke RSUD Banjarbaru)
Banjarbaru III: Kiri balaikota (arah ke polresta banjarbaru)
Banjarbaru IV: Panglima Batur tembus ke Bandara
Ada beberapa proker dari van der Pijl yang belum rampung, termasuk daerah Banjarbaru IV dan dua pasar, satu di dekat bundaran simpang empat (pasar kering), satunya dekat jembatan loktabat (pasar basah).
Jalan Panglima Batur tembus ke bandara yang belum rampung rupanya merupakan antisipasi dari van der Pijl kalau-kalau macet di jalan A. Yani. Untunglah ada Jalan Trikora, hingga macetnya sekarang gak terlalu parah. Pasar yang akan dibuat pun difungsikan untuk mengontrol tatanan pasar. Pasar kering isinya produk instant dan sembako (sekarang malah jadi supermarket Hero, dan perbengkelan, serta pom bensin). Pasar basah nantinya akan menjual lauk pauk.
Akhirnya, sebelum program tersebut selesai, van der Pijl di transfer ke Palngkaraya hingga pensiun tahun 1961. Beliau wafat pada September 1974, dan dimakamkan di pemakaman umum dekat perusahaan CocaCola.