Skip to main content

Review Buku The Tokyo Zodiac Murders

Satu minggu lebih ya banjaristi gak ada cerita baru, padahal kemarin mau membahas Quick Count Pemilu Kumis Kotak-Kotak. Yah, bukan karena malas update, cuman kemarin itu lagi serius baca novel gak sengaja beli di gramed. Beberapa hari ini juga banyak anak-anak baru masuk SMP-SMA nanya makanan minuman yang aneh-aneh di postingan Kumpulan Teka-Teki MOS. Tiap buka laptop, pasti bingung kesana kemari mencari jawaban teka-tekinya. Sampai mana tadi? Oia, buku. Buku apa neh? Polos banget sampulnya. Kayaknya seru neh.. Terus liat harga .Orang mungkin liat judul dulu, baca sinopsisnya di belakang, kalau menarik ambil, harga belakangan. Kalo aku, pura-pura baca sinopsisnya yang di belakang, padahal liat label harga. Kalo mahal, terus... masih pura-pura baca, ngomong "ah, biasa aja" dan buku kembali ke rak. Ok, buku ini cuma sedikit di atas 50 ribu, ok, keuangan sedang mencukupi, ambil.


Kisahnya sederhana. Kiyoshi Mitarai, seorang peramal, merangkap astrolog, kerja sampingan sebagai detektif, dibantu rekannya yang seorang ilustrator dan penggemar kisah detektif, Kazumi Ishioka. Yang sering atau minimal pernah menyentuh Sherlock Holmes, gaya ceritanya gak jauh beda. Seperti Dr. Watson yang menceritakan petualangan Sherlock Holmes, Kazumi juga nulis buku menceritakan petualangan Kiyoshi. Bapak kamu Sherlock Holmes ya? | Kok tau? | Soalnya kamu telah memecahkan kasus cintaku...

Ceritanya, di tahun 1936, terjadi pembunuhan berantai yang menggemparkan seluruh Jepang. Seorang seniman, pelukis nyentrik dipukuli hingga tewas di studio lukisnya yang tertutup rapat di Tokyo. Di TKP, polisi menemukan catatan sang seniman -surat wasiat- tentang dia yang berencana membuat Azoth, sang wanita sempurna, dari potongan-potongan tubuh putri dan keponakannya. Tak lama kemudian putri tertuanya di bunuh, dan kurang dari seminggu kemudian putri-putri dan keponakannya yang lain dinyatakan hilang. Satu per satu mayat mereka ditemukan termutilasi -dalam jangka waktu satu tahun pencarian-, kehilangan salah satu bagian tubuh mereka, sesuai dengan rencana yang akan dilakukan seniman di buku catatannya. Kasus tetap tak terpecahkan.
40 tahun kemudian, Kiyoshi dan Kazumi menerima sebuah dokumen baru yang belum pernah diungkap dari seorang anak mantan Polisi. Dengan tambahan fakta baru, mereka mulai menyelidiki pelaku pembunuhan dan mencari jejak Azoth yang misterius itu.

Yang namanya cerita detektif kan, kadang bingung sendiri membaca deskripsi penulisnya. Untungnya Soji Shimada -si penulis bangke yang membuat aku gak bisa tidur ini- menambahkan beberapa ilustrasi yang unyu seperti di buku gambar anak-anak (becanda). Silsilah keluarga Heichiki Umezawa -sang seniman-, gambaran TKP, lokasi penemuan mayat yang dimutilasi (kan ini di Jepang, gimana bisa tahu kota-kota di Jepang, soal Jepang yang aku tahu cuma Miyabi dan Rin Sakuragi ha hay), juga beberapa ilustrasi saat Kiyoshi memecahkan kasusnya yang pastinya sangat membantu kita untuk mengerti jalan sebenarnya dari kasus ini.

Asyiknya lagi, buku ini berhadiah pembatas buku cantik yang membantu kita mengetahui sampai di mana kita tadi membaca. Jadi kalau tiba-tiba di suruh mama beli paku 5kg di warung, kita bisa melanjutkannya dengan mudah (ya elah.. yang gini ngapain juga dibahas =="

Yang hebat adalah aku percaya kalau pembunuhan ini benar-benar terjadi. Aku awalnya membayangkan Soji Shimada memberikan pemecahan kasus ini melalui versinya sendiri. Rencana selesai membaca, bakalan ku cari info tentang kejadian ini (wuih... mungkin sudah ada di On The Spot, 7 kasus misteri tak terpecahkan, gitu sih yang kupikirkan dulu) eh, ternyata gak ada kasus seperti ini di dunia nyata, cuma ada di novel ini... Sial... tertipu mentah-mentah gw... Salut... Benar-benar cara penuturan yang hebat dan nyata (atau gw yang kelewat bego gak sadar-sadar)

Soji "Indraduaja" Shimada juga menampilkan sedikit kejutan di pertengahan novel ini. Ada lembar khusus yang diselipkan. Isinya sederhana, cuma pernyataan singkat dari Soji kalau semua fakta sudah dia ungkapkan, tak ada lagi yang kurang. Dia meminta pembaca untuk stop dulu dan merenungkan fakta-fakta tadi untuk menemukan siapa pelakunya, kalau sudah mentok, silahkan lanjutkan. Weiss... pertama kalinya lho baca buku yang model begini (kamseupay iyuh iyuh...). Dan bagi penikmat buku yang sering antre mati-matian untuk minta tanda tangan pengarangnya, Soji memberikannya di lembar khusus tadi. Asekkk.

Gramedia pun menurut aku sih perlu diacungi jempol. Walaupun ini buku terjemahan, bahasa Jepang lagi, tapi tetap mudah dimengerti. Satu lagi, buku ini terbit di Jepang pertama kali tahun '87, dan gak seperti novel-novel jadul, bahasanya mudah dimengerti anak muda zaman sekarang. Dari awal sampai habis, tidak ditemukan bahasa alay di buku ini, jadi buku ini cocok dibaca bapak-bapak dan ibu-ibu yang kurang bisa membaca tulisan alay.

Sayangnya sih, mungkin covernya itu perlu diperbaiki. Bukan karena polosnya lo, tapi ilustrasi covernya kurang tepat. Mungkin ilustrator, mas Steven Anderson ingin mengilustrasikan kondisi 6 mayat yang termutilasi, cuman ilutrasinya salah. Pastinya hal ini dapat menyesatkan pembaca dari jalan yang lurus.

Overall, 8 dari 10 buat buku ini. Patut ditunggu terbitan baru Gramedia untuk novel dari Soji Shimada.

Thanks for watching banjaristi, stay tune here, and... open your window through the book.

Popular posts from this blog

Baca Komik Kindaichi

Tutorial Mystery Case Files - Return to Ravenhearst FINAL

Madihin: Nasehat dalam Canda dan Humor

Menjawab Kematian Gwen Stacy melalui Ilmu Fisika